Thursday, May 5, 2016

ANATOMI SISTEM RESPIRASI MANUSIA


 
1.                  PENDAHULUAN
Anatomi adalah ilmu yang mempelajari struktur tubuh manusia. Struktur tubuh manusia sangat penting untuk diketahui karena hal ini akan berhubungan dengan sesuatu yang terjadi pada tubuh. Dalam struktur tubuh  manusia terdapat beberapa system, salah satunya  adalah system respirasi/pernafasan. Organ yang berperan penting dalam proses respirasi adalah paru – paru/pulmo. System respirasi terdiri dari hidung/nasal, faring, laring, trakea, brokus, bronkiolus, dan alveolus.
Respirasi  adalah pertukaran antara O2 dan CO2 dalam paru-paru, tepatnya dalam alveolus. Pernapasan sangat penting bagi kelanjutan hidup manusia. Apabila  seseorang tidak bernafas dalam beberapa saat, maka orang tersebut akan kekurangan oksigen (O2), hal ini dapat mengkibatkan orang tersebut kehilangan nyawanya. Dalam makalah ini penulis akan membahas system pernafasan termasuk anatomi system pernafasan, proses inspirasi dan proses ekspirasi.
2.                   TUJUAN
a.       Para pembaca dapat mengetahui organ-organ dalam pernafasan manusia
b.      Para pembaca bisa mengetahui proses pernafasan secara inspirasi
c.       Para pembaca bisa mengetahui proses pernafasan secara ekspirasi
3.                  RUMUSAN MASALAH
Organ-organ apa saja yang berperan dalam pernafasan manusia?
Bagaimana proses pernafasan secara inspirasi yang terjadi pada system pernafasan manusia?
Bagaimana proses pernafasan secara ekspirasi yang terjadi pada system pernafasan manusia?


4.                  PEMBAHASAN SISTEM RESPIRASI MANUSIA
Pulmo (Paru – paru) adalah organ manusia  yang berperan penting dalam system respirasi, berbentuk kerucut dan berada di rongga torax, serta dilapisi oleh 2 membran yaitu membran viseral dan membran parietal.Pulmo  terbagi menjadi pulmo dextra (kanan) dan pulmo sinistra (kiri).
·                     Pulmo Dextra
pulmo dextra terdiri dari 3 lobus, yaitu :
a)    Lobus superior
b)    Lobus madius
c)    Lobus inferior
Lobus superior dengan lobus  medius dipisahkan oleh fissura horizontalis, sedangkan yang memisahkan lobus superior dan lobus medius dengan lobus inferior adalah fissura obliqua. Pada hilus paru kanan terdapat struktur – struktur dibawah ini:
a)    Bronkus pinsipalis dan cabang lobus superior disebelah belakang atas hilus
b)    Arteri pulmonalis disebelah depan atas hilus
c)    Arteri bronkialis
d)    Noduli limpatici bronkopulmonalis
·                     Pulmo Sinistra
Pulmo sinistra terdiri dari 2 lobus, yaitu:
a)    Lobus superior
b)    Lobus inferior
Lobus superior dan lobus inferior dipisahkan oleh fissura obliqua. Pada hilus kiri terdapat struktur – struktur :
a)    2 bronkus lobaris di sebelah belakang hilus
b)    Arteri pulmonalis disebelah atas hilus
c)    2 vena pulmonalis disebelah depan dan bawah hilus
d)    Arteri bronkialis
e)    Noduli lympatici bronkopulmonalis
Setiap pulmo mendapat suplai darah dari satu arteri pulmonalis (langsung dari ventrikel kanan) yang kemudian bercabang menjadi arteri lobaris dan arteri segmentalis untuk memperdarahi masing – masing lobus dan segmen. Pembuluh darah balik melalui 2 vena pulmonalis dan masuk ke atrium kiri,serta di persyarafi oleh nervous vagus dan trunkus simpatikus.
Pulmo dilapisi oleh membrane tipis dan transparan yang disebut pleura. Pleura mempunyai 2 lapisan yaitu lapisan visceral di bagian dalam dan lapisan parietal di bagian luar. Pleura visceral benar – benar dekat denganorgan paru sedangkan pleura prietalis menutupi permukaan dalam dinding dada. Kedua lapisan ini melanjutkan diri ke hilus paru. Diantara kedua lapisan ini terdapat ruang yang normalnya berisi cairan sebagai pelumas, agar kedua lapisan tersebut bisa bergerak dengan mudah. Bila terdapat banyak cairan di rongga pleura disebut efusi pleura. Hal ini merupakan suatu hal patologis, bila cairan berupa pus (nanah) disebut empiema. Jika rongga pleura berisi udara misalnya akibat tertusuk benda tajam, keadaan ini disebut pneumotorax.
Sistem respirasi manusia terdiri dari bagian superior dan bagian inferior. Bagian superior yaitu hidung dan faring, sedangkan bagian inferior yaitu laring, trakea, bronkus dan alveolus.
System respirasi bagian atas:
Hidung/nasal
nasal berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-paru,  sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru. Nasal terdiri atas bagian eksternal dan internal. Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan kartilago, dilindungi otot – otot dan kulit, serta dilapisi oleh membrane mukosa. Nasal  eksternal berbentuk piramid dengan bagian – bagiannya dari atas ke bawah :
1. Pangkal hidung (bridge)
2. Dorsum nasi
3. Puncak hidung
4. Ala nasi
5. Kolumela
6. Lubang hidung (nares anterior)
Batas atas nasal eksternal melekat pada os frontal sebagai radiks (akar), antara radiks sampai apeks (puncak) disebut dorsum nasi.
Lubang yang terdapat pada bagian inferior disebut nares, yang dibatasi oleh :
·                     Superior  :  os frontal, os nasal, os maksila
·                     Inferior  : kartilago septi nasi, kartilago nasi lateralis, kartilago alaris mayor dan kartilago alaris minor
Bagian nasal internal  adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum. Nasal internal terletak pada inferior tulang tengkorak  dan daerah superior bagian mulut. Nasal internal bagian anterior bergabung dengan nasal eksternal , sedangkan bagian posterior nasal berhubungan dengan faring. Pada anterior ronga nasal bagian dalam disebut vestibulum yang di lapisi oleh sel submukosa sebagai proteksi. Dinding samping bagian dalam dibentuk oleh etmoid, maxillae, lacrimal, palatine, dan tulang konka nasal inferior.
Faring
Faring terletak antara internal nares sampai kartilago krikoid dan memiliki panjang kurang kebih 13 cm dan berfungsi sebagai saluran respirasi dan saluran pencernaan. Faring terdiri dari:
·                     Nasofaring adalah faring yang berbatasan dengan rongga hidung. Nasofaring mempunyai 4 saluran (2 saluran ke internal nares dan 2 saluran ke tuba eustachius). Nasofaring adalah tempat bertukarnya partikel udara melalui tuba eustachius untuk  keseimbangan tekanan udara faring dan telinga tengah.
·                     Orofaring adalah faring yang  berbatasan dengan mulut. Terletak dibelakang rongga mulut dekat soft palate.
·                     Laringofaring  adalah faring yang berbatasan dengan laring. Letaknya dimulai dari hyo id bone ke esophagus dan laring.
System respirasi bagian bawah:
Laring
Laring sering disebut sebagai kotak suara. Laring menghubungkan laringofaring dengan trakea. Terletak pada cervical ke 4 – 6. Dindingnya terdiri dari 9 kartilago yaitu:
v  3 kartilago tunggal yaitu:
a)    kartilago tyroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk jakun (Adam’s apple)
b)    kartilago epiglottis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama menelan
c)    dan kartilago cricoid. : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring (terletak di bawah kartilago tiroid)
v  3 kartilago berpasangan yaitu:
a)    kartilago arytenoids : berperan penting dalam menghasilkan suara karena mengandung pita suara.
b)    kartilago cuneiform
c)    kartilago corniculate.
Trakea
Trakea merupakan tuba yang lentur dengan panjang sekitar 10 cm dan lebar sekitar 2,5 cm, terdiri dari otot polos dan cincin kartilago berbentuk C. Pada bagian belakang terdiri dari 16 – 20 tulang rawan.  Trakea terletak dibagian depan esophagus, dari laring sampai ke ICS V, dimulai dari bawah kartilago cricoid kebawah sampai pada sudut pertemuan manubrium sterni dan corpus sterni. Disini trakea membagi dua menjadi bronkus primer (bronkus principalis), sedangkan titik percabangannya disebut carina.
Bronkus
Bronkus merupakan percabangan dari trakea. Terletak pada ICS ke V dan terbagi menjadi bronkus primary kanan dan bronkus primary kiri oleh carina (bagian yang sensitif dan reflek batuk). Bronkus primary kanan terdiri dari 3 bronkus sekunder (superior, medial, inferior). Sedangkan bronkus primary kiri terdiri dari 2 bronkus sekunder (superior dan inferior). Bronkus sekunder ini bercabang lagi menjadi bronkus tertiary yang mempunyai 10 cabang. Cabang bronkus tertiary ini disebut bronkus terminalis, dan bercabang – cabang lagi menjadi bronkiolus. Bronkiolus bercabang semakin kecil menjaid ductus alveolus dan akhirnya berakhir di alveolus.
Alveolus
Alveolus merupakan suatu kantong udara dengan dinding yang tipis, disini terjadi pertukaran antara O2 dan CO2 secara difusi melalui alveolar dan dinding kapiler. Alveolus berada dalam alveoli yang dilapisi oleh epitel squamosa.  Didalam alveoli terdapat cairan alveolar yang di sebut surfaktan. Dinding alveoli terdiri dari 2 tipe sel epitel alveolar, yaitu:
·                     Tipe I : sel epitel simple squamosa sebagai pusat petukaran gas
·                     Tipe II : sel septal yang terdiri dari mukrofili dan secret alveolar untuk menjaga permukaan antara sel dan udara tetap lembab.
Proses Inspirasi Dan Ekspirasi
Masuk dan keluarnya udara dari atmosfir ke dalam paru-paru dimungkinkan oleh proses inspirasi dan proses ekspirasi. Proses ini terjadi 12 – 16 kali permenit. Proses inspirasi dan ekspirasi kuat secara normal akan terjadi ketika kerja/olahraga, batuk, muntah, defekasi dan melahirkan. Proses  pernafasan  sebagai berikut:
Proses inspirasi (inhalasi)
Inspirasi (inhalasi) adalah proses masuknya O2 dari atmosfir & CO2 ke dalam jalan nafas. Proses ini disebut proses aktif karena otot – otot berkontraksi.  Otot – otot yang berperan dalam proses inspirasi adalah diafragma dan muskulus interkostalis eksternus, dengan dibantu oleh otot scalenus dan otot sternocleidomastoideus.
Berikut adalah proses inspirasi:
·         difragma dan muskulus interkontalis  eksterna berkontraksi
·          kubah difragma turun
·         Ruang dalam dada membesar
·         Muskulus interkostalis eksterna menarik dinding dada agak keluar
·         Tekanan dalam rongga dada lebih rendah dari tekanan udara luar
·         Udara masuk ke paru – paru
Proses Ekspirasi(exhalasi)
Ekspirasi (exhalasi) adalah keluarnya CO2 dari paru ke atmosfir melalui jalan nafas. Proses ini disebut proses pasif karena otot – otot berelaksasi. Otot – otot yang berperan dalam proses inspirasi adalah diafragma dan muskulus interkostalis eksternus, dengan dibantu oleh muskulus interkostalis interna dan rextus abdominis.
Berikut adalah proses ekspirasi:
·         difragma dan muskulus interkontalis  eksterna berelaksasi
·         tekanan rongga torax menurun
·         dinding torax  masuk ke dalam
·          udara keluar dari paru-paru
5.      KESIMPULAN
Pernafasan adalah O2 dan CO2 dalam paru-paru, tepatnya dalam alveolus. Pernafasan sangat penting bagi kelanjutan hidup manusia.
Dalam saluran pernafasan atas terdiri dari:
·                     Hidung
·                     Faring


Sedangkan dalam saluran pernafasan bawah terdiri dari:
·                     Laring
·                     Dan trachea
·                     Bronchus
·                     Bronkiolus
·                     Alveolus























DAFTAR PUSTAKA
Syaifuddin.1997.Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. Jakarta:EGC.
Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Usakti.2010.Buku Penuntun Kuliah Fisiologi.Jakarta:Fakultas Kedokteran Usakti.

Tindakan yang dilakukan pada pasien dengan trauma abdomen



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
abdomen adalah sebuah rongga besar yang dililingkupi oleh otot-otot perut pada bagian ventral dan lateral, serta adanya kolumna spinalis di sebelah dorsal. Bagian atas abdomen berbatasan dengan tulang iga atau costae. Cavitas abdomninalis berbatasan dengan cavitas thorax atau rongga dada melalui otot diafragma dan sebelah bawah dengan cavitas pelvis atau rongga panggul. (Wilkinson. 2007)
Antara cavitas abdominalis dan cavitas pelvis dibatasi dengan membran serosa yang dikenal dengan sebagai peritoneum parietalis. Membran ini juha membungkus organ yang ada di abdomen dan menjadi peritoneum visceralis. (Suddarth &Brunner, 2002)

Pada vertebrata, di dalam abdomen terdapat berbagai sistem organ, seperti sebagian besar organ sistem pencernaan, sistem perkemihan. Berikut adalah organ yang dapat ditemukan di abdomen:
1.     Komponen dari saluran cerna: lambung (gaster), usus halus, usus besar (kolon), caecum, umbai cacing atau appendix.
2.     Organ pelengkap dai saluran cerna seperti: hati (hepar), kantung empedu, dan pankreas.
3.     Organ saluran kemih seperti: ginjal, ureter, dan kantung kemih (vesica urinaria).
4.     Organ lain seperti limpa (lien).
Aktivitas dalam kehidupan sehari-hari memungkin seseorang untuk terkena injury yang bisa saja merusak keutuhan integritas kulit, selama ini kita mungkin hanya mengenal luka robek atau luka sayatan saja namun ternyata di luar itu masih banyak lagi luka/trauma yang dapat terjadi pada daerah abdomen.( Dorland, 2002.)

B.     Tujuan Penulisan
Tujuan Umum:
Mengetahui lebih lanjut tentang perawatan luka yang dimungkinkan karena trauma, luka insisi bedah, kerusakan integritas jaringan
Tujuan Khusus:
1.     Mengetahui tindakan keperawatan pada pasien dengan trauma abdomen
2.     Mengetahui masalah yang mungkin timbul pada pasien dengan trauma abdomen
3.     Memenuhi tugas pembuatan makalah pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah

C.    Rumusan Masalah
1.     Apa pengertian dari trauma abdomen?
2.     Bagaimana tindakan medis yang dapat dilakukan pada pasien dengan trauma abdomen?
3.     Bagaimana penerapan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan pasien dengan trauma abdomen?



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian
Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional (Dorland, 2002).
Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Suddarth &Brunner (2002).
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Suddarth &Brunner, 2002).
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi (Lynda J. 2006).
1.     Trauma pada abdomen dapat di bagi menjadi dua jenis, yaitu:
a.     Trauma penetrasi
b.     Luka tembak
c.      Luka tusuk
2.     Trauma non-penetrasi
a.     Kompres
b.     Hancur akibat kecelakaan
c.      Sabuk pengaman
d.     Cedera akselerasi
 Trauma pada dinding abdomen terdiri dari :
a.     Kontusio dinding abdomen disebabkan trauma non-penetrasi
Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen, kemungkinanterjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darahdapat menyerupai tumor.
b.     Laserasi, Jikaterdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen harus dieksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi.
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapatmenyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainanimonologi dan gangguan faal berbagai organ. (Nanda. 2005)

Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut  Suddarth &Brunner (2002) terdiri dari:
a.     Perforasi organ viseral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertaioleh bukti adanya cedera pada dinding abdomen.
b.     Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahlibedah.
c.      Cedera thorak abdomen
Setiap luka padathoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma, atau sayap kanan dan hatiharus dieksplorasi.



B. ETIOLOGI
                 kecelakaan atau trauma yang terjadi pada abdomen,umumnya banyak diakibatkan oleh trauma tumpul. Pada kecelakaan kendaraanbermotor, kecepatan, deselerasi yang tidak terkontrol merupakan kekuatan yangmenyebabkan trauma ketika tubuh klien terpukul setir mobil atau benda tumpullainnya.
Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembakyang menyebabkan kerusakan yang besar didalam abdomen. Selain luka tembak,trauma abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk, akan tetapi luka tusuksedikit menyebabkan trauma pada organ internal diabdomen.
Trauma pada abdomen disebabkan oleh 2 kekuatan yang merusak, yaitu :
1.     Paksaan /benda tumpul
Merupakan traumaabdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga peritoneum. Luka tumpul pada abdomenbisa disebabkan oleh jatuh, kekerasan fisik atau pukulan, kecelakaan kendaraanbermotor, cedera akibat berolahraga, benturan, ledakan, deselarasi, kompresiatau sabuk pengaman. Lebih dari 50% disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.
2.     Trauma tembus
Merupakan traumaabdomen dengan penetrasi ke dalam rongga peritoneum. Luka tembus pada abdomendisebabkan oleh tusukan benda tajam atau luka tembak. (Suddarth &Brunner, 2002)


C. PATOFISIOLOGI
                 Jika terjadi trauma penetrasi atau non-pnetrasi kemungkinan terjadi pendarahan intraabdomen yang serius, pasien akan memperlihatkan tanda-tanda iritasi yangdisertai penurunan hitung sel darah merah yang akhirnya gambaran klasik syokhemoragik. Bila suatu organ viseral mengalamiperforasi, maka tanda-tanda perforasi, tanda-tanda iritasi peritonium cepattampak. Tanda-tanda dalam trauma abdomen tersebut meliputi nyeri tekan, nyerispontan, nyeri lepas dan distensi abdomen tanpa bising usus bila telah terjadiperitonitis umum.Bila syok telah lanjut pasien akan mengalami takikardi danpeningkatan suhu tubuh, juga terdapat leukositosis. Biasanya tanda-tandaperitonitis mungkin belum tampak. Pada fase awal perforasi kecil hanyatanda-tanda tidak khas yang muncul. Bila terdapat kecurigaan bahwa masuk ronggaabdomen, maka operasi harus dilakukan (Suddarth &Brunner, 2002).


D. Tanda Dan Gejala
1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium) :
a.     Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
b.     Respon stres simpatis
c.      Perdarahan dan pembekuan darah
d.     Kontaminasi bakteri
e.      Kematian sel
2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium):
a.     Kehilangan darah.
b.     Memar/jejas pada dinding perut.
c.      Kerusakan organ-organ.
d.     Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity) dinding perut.
Iritasi cairan usus. (Dorland, 2002)

E. MANIFESTASI KLINIS                  
Menurut (Suddarth &Brunner, 2002) tanda dangejala trauma abdomen, yaitu :
1.     Nyeri
Nyeridapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat timbul dibagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan nyeri lepas.
2.     Darah dan cairan
Adanya penumpukan darah atau cairandirongga peritonium yang disebabkan oleh iritasi.
3.     Cairan atau udara dibawah diafragma
Nyeridisebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini ada saat pasien dalam posisirekumben.
4.     Mual dan muntah
5.     Penurunan kesadaran (malaise, letargi,gelisah)
Yangdisebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock hemoragi

F. Komplikasi
1. Segera : hemoragi, syok, dan cedera.
2. Lambat : infeksi. (Dorland, 2002)
G.  PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan diagnostik
a.     Pemeriksaan rektum : adanya darah menunjukkan kelainan pada usus besar ; kuldosentesi, kemungkinan adanya darah dalam lambung ; dan kateterisasi, adanya darah menunjukkan adanya lesi pada saluran kencing.
b.     Laboratorium : hemoglobin, hematokrit, leukosit dan analisis urine.
c.      Radiologik : bila diindikasikan untuk melakukan laparatomi.
d.     IVP/sistogram : hanya dilakukan bila ada kecurigaan terhadap trauma saluran kencing.
e.      Parasentesis perut : tindakan ini dilakukan pada trauma tumpul perut yang diragukan adanya kelainan dalam rongga perut atau trauma tumpul perut yang disertai dengan trauma kepala yang berat, dilakukan dengan menggunakan jarum pungsi no 18 atau 20 yang ditusukkan melalui dinding perut didaerah kuadran bawah atau digaris tengah dibawah pusat dengan menggosokkan buli-buli terlebih dahulu.
f.       Lavase peritoneal : pungsi dan aspirasi/bilasan rongga perut dengan memasukkan cairan garam fisiologis melalui kanula yang dimasukkan kedalam rongga peritonium. (Nanda. 2005)

2. Pemeriksaan khusus
a.     Abdomonal Paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangatberguna untuk menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih dari100.000 eritrosit/mm dalam larutan NaCl yang keluar dari rongga peritoneumsetelah dimasukkan 100–200 ml larutan NaCl 0.9% selama 5 menit, merupakanindikasi untuk laparotomi.
b.     Pemeriksaan Laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untukmengetahui langsung sumber penyebabnya.
c. Bila dijumpai perdarahan dananus perlu dilakukan rekto-sigmoidoskopi.
3. Penatalaksanaan Medis
a.     Abdominal paracentesis
Menentukan adanya perdarahan dalam ronggaperitonium, merupakan indikasi untuk laparotomi.
b.     Pemeriksaan laparoskopi
Mengetahui secara langsung penyebab abdomenakut.
c.      Pemasangan NGT
Memeriksa cairan yang keluar dari lambung padatrauma abdomen.
d.     Pemberian antibiotik
Mencegahinfeksi. (Nanda. 2005)

H. PENATALAKSANAAN KEDARURATAN
1. Mulai prosedur resusitasi (memperbaiki jalan napas, pernapasan, sirkulasi) sesuai indikasi.
2. Pertahankan pasien pada brankar atau tandu papan ; gerakkan dapat menyebabkan fragmentasi bekuan pada pada pembuluh darah besar dan menimbulkan hemoragi masif :
1)  Pastikan kepatenan jalan napas dan kestabilan pernapasan serta sistem saraf.
2) Jika pasien koma, bebat leher sampai setelah sinar x leher didapatkan.
3) Gunting baju dari luka.
4) Hitung jumlah luka.
5) Tentukan lokasi luka masuk dan keluar.
3. Kaji tanda dan gejala hemoragi. Hemoragi sering menyertai cedera abdomen, khususnya hati dan limpa mengalami trauma.
4. Kontrol perdarahan dan pertahanan volume darah sampai pembedahan dilakukan:
1) Berikan kompresi pada luka perdarahan eksternal dan bendungan luka dada.
2) Pasang kateter IV diameter besar untuk penggantian cairan cepat dan memperbaiki dinamika sirkulasi.
3) Perhatikan kejadian syoksetelah respons awal terjadi terhadap transfusi ; ini sering merupakan tanda adanya perdarrahan internal.
4) Dokter dapat melakukan parasentesis untuk mengidentifikasi tempat perdarahan.
5. Aspirasi lambung dengan selang nasogastrik. Prosedur ini membantu mendeteksi luka lambung, mengurangi kontaminasi terhadap rongga peritonium, dan mencegah komplikasi paru karena aspirasi.
6. Tutupi visera abdomen yang keluar dengan balutan steril, balutan salin basah untuk mencegah kekeringan visera:
1) Fleksikan lutut pasien ; posisi ini mencegah protusi lanjut.
2) Tunda pemberian cairan oral untuk mencegah meningkatnya peristaltik dan muntah.
7. Pasang kateter uretra menetap untuk mendapatkan kepastian adanya hematuria dan pantau haluaran urine.
8. Pertahankan lembar alur terus menerus tentang tanda vital, haluaran urine, pembacaan tekanan vena sentral pasien (bila diindikasikan), nilai hematokrit, dan status neurologik.
9. Siapkan untuk parasentesis atau lavase peritonium ketika terdapat ketidakpastian mengenai perdarahan intraperitonium.
10.Siapkan sinografi untuk menentukan apakah terdapat penetrasi peritonium pada kasus luka tusuk:
1)    Jahitan dilakukan disekeliling luka.
2)    Kateter kecil dimasukkan ke dalam luka.
3)    Agens kontras dimasukkan melalui kateter ; sinar x menunjukkan apakah penetrasi peritonium telah dilakukan.
11.  Berikan profilaksis tetanus sesuai ketentuan.
12.  Berikan antibiotik spektrum luas untuk mencegah infeksi. trauma dapat menyebabkan infeksi akibat karena kerusakan barier mekanis, bakteri eksogen dari lingkungan pada waktu cedera dan manuver diagnostik dan terapeutik (infeksi nosokomial).
13.  Siapkan pasien untuk pembedahan jika terdapat bukti adanya syok, kehilangan darah, adanya udara bebas dibawah diafragma, eviserasi, atau hematuria. (Wilkinson. 2007)



I. PENANGANAN PRE HOSPITAL DAN HOSPITAL
1. Pre Hospital
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukanmasalah yang mengancam nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi dilokasi kejadian. Paramedik mungkin harus melihat apabila sudah ditemukan lukatikaman, luka trauma benda lainnya, maka harus segera ditangani, penilaian awaldilakukan prosedur ABC jika ada indikasi. Jika korban tidak berespon, makasegera buka dan bersihkan jalan napas.
a.     Airway
Dengan kontrol tulang belakang. Membukajalan napas menggunakan
teknik ‘head tilt chin lift’ atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu,periksa adakah benda asing yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas.Muntahan, makanan, darah atau benda asing lainnya.
b.     Breathing
Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksapernapasan dengan menggunakan cara ‘lihat-dengar-rasakan’ tidak lebih dari 10detik untuk memastikan apakah ada napas atau tidak. Selanjutnya lakukanpemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat tidaknyapernapasan).
c.      Circulation
Dengan kontrol perdarahan hebat. Jikapernapasan korban tersengal-sengal dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapatdilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi jantungparu segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP adalah 30 : 2 (30kali kompresi dada dan 2 kali bantuan napas).
Penanganan awal trauma non- penetrasi(trauma tumpul)
1.    Stop makanan dan minuman
2.    Imobilisasi
3.    Kirim kerumah sakit.
Penetrasi (trauma tajam)
1. Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan(pisau atau benda tajam lainnya) tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya timmedis.
2.  Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukupdengan melilitkan dengan kain kassa pada daerah antara pisau untuk memfiksasipisau sehingga tidak memperparah luka.
3.  Bila ada usus atau organ lain yang keluar,maka organ tersebut tidak dianjurkan dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudianorgan yang keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau bila ada verbansteril.
4.  Imobilisasi pasien.
5.  Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.
6.  Apabila ada luka terbuka lainnya maka balutluka dengan menekang.
7.  Kirim ke rumahsakit.     
2. Hospital
1. Trauma penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembusdinding abdomen, seorang ahli bedah yang berpengalaman akan memeriksa lukanyasecara lokal untuk menentukan dalamnya luka. Pemeriksaan ini sangat berguna bila adaluka masuk dan luka keluar yang berdekatan.
a.     Skrinning pemeriksaan rontgen
Foto rontgen torak tegak berguna untukmenyingkirkan kemungkinan hemo atau pneumotoraks atau untuk menemukan adanyaudara intraperitonium. Serta rontgen abdomen sambil tidur (supine) untukmenentukan jalan peluru atau adanya udara retroperitoneum.
b.     IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning
Ini di lakukan untuk mengetauhi jeniscedera ginjal yang ada.
c.      Uretrografi.
Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra.
d.     Sistografi
Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada kandung kencing,contohnya pada :
a)   fraktur pelvis
b)   traumanon-penetrasi
2.    Penanganan pada trauma benda tumpul dirumah sakit :
a.    Pengambilan contoh darah dan urine
Darah di ambil dari salah satu venapermukaan untuk pemeriksaan laboratorium rutin, dan juga untuk pemeriksaanlaboratorium khusus seperti pemeriksaan darah lengkap, potasium, glukosa,amilase.
b.   Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan rongten servikal lateral,toraks anteroposterior dan pelvis adalah pemeriksaan yang harus di lakukan padapenderita dengan multi trauma, mungkin berguna untuk mengetahui udaraekstraluminal di retroperitoneum atau udara bebas di bawah diafragma, yangkeduanya memerlukan laparotomi segera.
c.  Study kontras urologi dan gastrointestinal
Dilakukan pada cedera yang meliputi daerahduodenum, kolon ascendens atau decendens dan dubur. (Lynda J. 2006).

















BABA III
TINTAUAN KASUS
           3.1        Anamnesa
a)            Biodata
b)            Keluhan Utama
-        Keluhan yang dirasakan sakit.
-        Hal spesifik dengan penyebab dari traumanya.
c)            Riwayat penyakit sekarang (Trauma)
-        Penyebab dari traumanya  dikarenakan benda tumpul atau peluru.
-        Kalau penyebabnya jatuh, ketinggiannya berapa dan bagaimana posisinya saat jatuh.
-        Kapan kejadianya dan jam berapa kejadiannya.
-        Berapa berat keluhan yang dirasakan bila nyeri, bagaimana sifatnya pada quadran mana yang dirasakan paling nyeri atau sakit sekali.
d)            Riwayat Penyakit yang lalu
-         Kemungkinan pasien sebelumnya  pernah menderita gangguan jiwa.
-         Apakah pasien menderita penyakit asthma atau diabetesmellitus dan gangguan faal hemostasis.
e)     Riwayat psikososial spiritual
-        Persepsi pasien terhadap musibah yang dialami.
-        Apakah musibah tersebut mengganggu emosi dan mental.
-        Adakah kemungkinan percobaan bunuh diri (tentamen-suicide).
           3.2        Pemeriksaan Fisik
a)            Sistim Pernapasan
-        Pada inspeksi bagian frekwensinya, iramanya dan adakah jejas pada dada serta jalan napasnya.
-        Pada palpasi simetris tidaknya dada saat paru ekspansi dan pernapasan tertinggal.
-        Pada perkusi adalah suara hipersonor dan pekak.
-        Pada auskultasi adakah suara abnormal, wheezing dan ronchi.
b)    Sistim cardivaskuler (B2 = blead)
-        Pada inspeksi adakah perdarahan aktif atau pasif yang keluar dari daerah abdominal dan adakah anemis.
-        Pada palpasi bagaimana mengenai kulit, suhu daerah akral dan bagaimana suara detak jantung menjauh atau menurun dan adakah denyut jantung paradoks.
c)            Sistim Neurologis (B3 = Brain)
-        Pada inspeksi adakah gelisah atau tidak gelisah dan adakah jejas di kepala.
-        Pada palpasi adakah kelumpuhan atau lateralisasi pada anggota gerak
-        Bagaimana tingkat kesadaran yang dialami dengan menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS)
d)            Sistim Gatrointestinal (B4 = bowel)
-        Pada inspeksi :
¨       Adakah jejas dan luka atau adanya organ yang luar.
¨       Adakah distensi abdomen kemungkinan adanya perdarahan dalam cavum abdomen.
¨       Adakah pernapasan perut yang tertinggal atau tidak.
¨       Apakah kalau batuk terdapat nyeri dan pada quadran berapa, kemungkinan adanya abdomen iritasi.
-        Pada palpasi :
·         Adakah spasme / defance mascular dan abdomen.
·         Adakah nyeri tekan dan pada quadran berapa.
·         Kalau ada  vulnus sebatas mana kedalamannya.
-        Pada perkusi :
§  Adakah nyeri ketok dan pada quadran mana.
§  Kemungkinan – kemungkinan adanya cairan / udara bebas dalam cavum abdomen.
-         Pada Auskultasi :
§  Kemungkinan adanya peningkatan atau penurunan dari bising usus atau menghilang.
-        Pada rectal toucher :
§  Kemungkinan adanya darah / lendir pada sarung tangan.
§  Adanya ketegangan tonus otot / lesi pada otot rectum.
e)            Sistim Urologi ( B5 = bladder)
-        Pada inspeksi adakah jejas pada daerah rongga pelvis dan adakah distensi pada daerah vesica urinaria serta bagaimana produksi urine dan warnanya.
-        Pada palpasi adakah nyeri tekan daerah vesica urinaria dan adanya distensi.
-        Pada perkusi adakah nyeri ketok pada daerah vesica urinaria.
f)             Sistim Tulang dan Otot ( B6 = Bone )
-        Pada inspeksi adakah jejas dan kelaian bentuk extremitas terutama daerah pelvis.
-        Pada palpasi adakah ketidakstabilan pada tulang pinggul atau pelvis.
3.3  Pemeriksaan Penunjang :
a)         Radiologi :
-  Foto BOF (Buick Oversic Foto)
-  Bila perlu thoraks foto.
-  USG (Ultrasonografi)
b)         Laboratorium :
-  Darah lengkap dan sample darah (untuk transfusi)
Disini terpenting Hb serial ½ jam sekali sebanyak 3 kali.
-  Urine lengkap (terutama ery dalam urine)
c)         Elektro Kardiogram
-  Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien usia lebih 40 tahun.
BAB IV
PEMBAHASAN

BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
abdomen adalah sebuah rongga besar yang dililingkupi oleh otot-otot perut pada bagian ventral dan lateral, serta adanya kolumna spinalis di sebelah dorsal. Bagian atas abdomen berbatasan dengan tulang iga atau costae. Cavitas abdomninalis berbatasan dengan cavitas thorax atau rongga dada melalui otot diafragma dan sebelah bawah dengan cavitas pelvis atau rongga panggul.
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi.

B.     Saran
Lingkup keperawatan medikal bedah adalah mencakup seluruh organ dalam tubuh manusia, tidak terkecuali abdomen atau sistem gastro intestinal. Aktivitas hidup sehari-hari seorang manusia memungkinkan untuk beresiko cedera atau trauma, sebagai seorang perawat kita maka bertanggung jawab besar terhadap klien yang mengalami trauma ataupun cedera pada abdomen.  Maka dari itu, semoga hadirnya makalah ini dapat menjadi acuan ataupun bahan referensi untuk mata kuliah keperawatan medikal bedah.



DAFTAR PUSTAKA


Lynda Jual Carpenito-Moyet. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta :EGC