Thursday, May 5, 2016

Tindakan yang dilakukan pada pasien dengan trauma abdomen



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
abdomen adalah sebuah rongga besar yang dililingkupi oleh otot-otot perut pada bagian ventral dan lateral, serta adanya kolumna spinalis di sebelah dorsal. Bagian atas abdomen berbatasan dengan tulang iga atau costae. Cavitas abdomninalis berbatasan dengan cavitas thorax atau rongga dada melalui otot diafragma dan sebelah bawah dengan cavitas pelvis atau rongga panggul. (Wilkinson. 2007)
Antara cavitas abdominalis dan cavitas pelvis dibatasi dengan membran serosa yang dikenal dengan sebagai peritoneum parietalis. Membran ini juha membungkus organ yang ada di abdomen dan menjadi peritoneum visceralis. (Suddarth &Brunner, 2002)

Pada vertebrata, di dalam abdomen terdapat berbagai sistem organ, seperti sebagian besar organ sistem pencernaan, sistem perkemihan. Berikut adalah organ yang dapat ditemukan di abdomen:
1.     Komponen dari saluran cerna: lambung (gaster), usus halus, usus besar (kolon), caecum, umbai cacing atau appendix.
2.     Organ pelengkap dai saluran cerna seperti: hati (hepar), kantung empedu, dan pankreas.
3.     Organ saluran kemih seperti: ginjal, ureter, dan kantung kemih (vesica urinaria).
4.     Organ lain seperti limpa (lien).
Aktivitas dalam kehidupan sehari-hari memungkin seseorang untuk terkena injury yang bisa saja merusak keutuhan integritas kulit, selama ini kita mungkin hanya mengenal luka robek atau luka sayatan saja namun ternyata di luar itu masih banyak lagi luka/trauma yang dapat terjadi pada daerah abdomen.( Dorland, 2002.)

B.     Tujuan Penulisan
Tujuan Umum:
Mengetahui lebih lanjut tentang perawatan luka yang dimungkinkan karena trauma, luka insisi bedah, kerusakan integritas jaringan
Tujuan Khusus:
1.     Mengetahui tindakan keperawatan pada pasien dengan trauma abdomen
2.     Mengetahui masalah yang mungkin timbul pada pasien dengan trauma abdomen
3.     Memenuhi tugas pembuatan makalah pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah

C.    Rumusan Masalah
1.     Apa pengertian dari trauma abdomen?
2.     Bagaimana tindakan medis yang dapat dilakukan pada pasien dengan trauma abdomen?
3.     Bagaimana penerapan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan pasien dengan trauma abdomen?



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian
Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional (Dorland, 2002).
Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Suddarth &Brunner (2002).
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Suddarth &Brunner, 2002).
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi (Lynda J. 2006).
1.     Trauma pada abdomen dapat di bagi menjadi dua jenis, yaitu:
a.     Trauma penetrasi
b.     Luka tembak
c.      Luka tusuk
2.     Trauma non-penetrasi
a.     Kompres
b.     Hancur akibat kecelakaan
c.      Sabuk pengaman
d.     Cedera akselerasi
 Trauma pada dinding abdomen terdiri dari :
a.     Kontusio dinding abdomen disebabkan trauma non-penetrasi
Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen, kemungkinanterjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darahdapat menyerupai tumor.
b.     Laserasi, Jikaterdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen harus dieksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi.
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapatmenyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainanimonologi dan gangguan faal berbagai organ. (Nanda. 2005)

Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut  Suddarth &Brunner (2002) terdiri dari:
a.     Perforasi organ viseral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertaioleh bukti adanya cedera pada dinding abdomen.
b.     Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahlibedah.
c.      Cedera thorak abdomen
Setiap luka padathoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma, atau sayap kanan dan hatiharus dieksplorasi.



B. ETIOLOGI
                 kecelakaan atau trauma yang terjadi pada abdomen,umumnya banyak diakibatkan oleh trauma tumpul. Pada kecelakaan kendaraanbermotor, kecepatan, deselerasi yang tidak terkontrol merupakan kekuatan yangmenyebabkan trauma ketika tubuh klien terpukul setir mobil atau benda tumpullainnya.
Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembakyang menyebabkan kerusakan yang besar didalam abdomen. Selain luka tembak,trauma abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk, akan tetapi luka tusuksedikit menyebabkan trauma pada organ internal diabdomen.
Trauma pada abdomen disebabkan oleh 2 kekuatan yang merusak, yaitu :
1.     Paksaan /benda tumpul
Merupakan traumaabdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga peritoneum. Luka tumpul pada abdomenbisa disebabkan oleh jatuh, kekerasan fisik atau pukulan, kecelakaan kendaraanbermotor, cedera akibat berolahraga, benturan, ledakan, deselarasi, kompresiatau sabuk pengaman. Lebih dari 50% disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.
2.     Trauma tembus
Merupakan traumaabdomen dengan penetrasi ke dalam rongga peritoneum. Luka tembus pada abdomendisebabkan oleh tusukan benda tajam atau luka tembak. (Suddarth &Brunner, 2002)


C. PATOFISIOLOGI
                 Jika terjadi trauma penetrasi atau non-pnetrasi kemungkinan terjadi pendarahan intraabdomen yang serius, pasien akan memperlihatkan tanda-tanda iritasi yangdisertai penurunan hitung sel darah merah yang akhirnya gambaran klasik syokhemoragik. Bila suatu organ viseral mengalamiperforasi, maka tanda-tanda perforasi, tanda-tanda iritasi peritonium cepattampak. Tanda-tanda dalam trauma abdomen tersebut meliputi nyeri tekan, nyerispontan, nyeri lepas dan distensi abdomen tanpa bising usus bila telah terjadiperitonitis umum.Bila syok telah lanjut pasien akan mengalami takikardi danpeningkatan suhu tubuh, juga terdapat leukositosis. Biasanya tanda-tandaperitonitis mungkin belum tampak. Pada fase awal perforasi kecil hanyatanda-tanda tidak khas yang muncul. Bila terdapat kecurigaan bahwa masuk ronggaabdomen, maka operasi harus dilakukan (Suddarth &Brunner, 2002).


D. Tanda Dan Gejala
1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium) :
a.     Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
b.     Respon stres simpatis
c.      Perdarahan dan pembekuan darah
d.     Kontaminasi bakteri
e.      Kematian sel
2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium):
a.     Kehilangan darah.
b.     Memar/jejas pada dinding perut.
c.      Kerusakan organ-organ.
d.     Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity) dinding perut.
Iritasi cairan usus. (Dorland, 2002)

E. MANIFESTASI KLINIS                  
Menurut (Suddarth &Brunner, 2002) tanda dangejala trauma abdomen, yaitu :
1.     Nyeri
Nyeridapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat timbul dibagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan nyeri lepas.
2.     Darah dan cairan
Adanya penumpukan darah atau cairandirongga peritonium yang disebabkan oleh iritasi.
3.     Cairan atau udara dibawah diafragma
Nyeridisebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini ada saat pasien dalam posisirekumben.
4.     Mual dan muntah
5.     Penurunan kesadaran (malaise, letargi,gelisah)
Yangdisebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock hemoragi

F. Komplikasi
1. Segera : hemoragi, syok, dan cedera.
2. Lambat : infeksi. (Dorland, 2002)
G.  PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan diagnostik
a.     Pemeriksaan rektum : adanya darah menunjukkan kelainan pada usus besar ; kuldosentesi, kemungkinan adanya darah dalam lambung ; dan kateterisasi, adanya darah menunjukkan adanya lesi pada saluran kencing.
b.     Laboratorium : hemoglobin, hematokrit, leukosit dan analisis urine.
c.      Radiologik : bila diindikasikan untuk melakukan laparatomi.
d.     IVP/sistogram : hanya dilakukan bila ada kecurigaan terhadap trauma saluran kencing.
e.      Parasentesis perut : tindakan ini dilakukan pada trauma tumpul perut yang diragukan adanya kelainan dalam rongga perut atau trauma tumpul perut yang disertai dengan trauma kepala yang berat, dilakukan dengan menggunakan jarum pungsi no 18 atau 20 yang ditusukkan melalui dinding perut didaerah kuadran bawah atau digaris tengah dibawah pusat dengan menggosokkan buli-buli terlebih dahulu.
f.       Lavase peritoneal : pungsi dan aspirasi/bilasan rongga perut dengan memasukkan cairan garam fisiologis melalui kanula yang dimasukkan kedalam rongga peritonium. (Nanda. 2005)

2. Pemeriksaan khusus
a.     Abdomonal Paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangatberguna untuk menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih dari100.000 eritrosit/mm dalam larutan NaCl yang keluar dari rongga peritoneumsetelah dimasukkan 100–200 ml larutan NaCl 0.9% selama 5 menit, merupakanindikasi untuk laparotomi.
b.     Pemeriksaan Laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untukmengetahui langsung sumber penyebabnya.
c. Bila dijumpai perdarahan dananus perlu dilakukan rekto-sigmoidoskopi.
3. Penatalaksanaan Medis
a.     Abdominal paracentesis
Menentukan adanya perdarahan dalam ronggaperitonium, merupakan indikasi untuk laparotomi.
b.     Pemeriksaan laparoskopi
Mengetahui secara langsung penyebab abdomenakut.
c.      Pemasangan NGT
Memeriksa cairan yang keluar dari lambung padatrauma abdomen.
d.     Pemberian antibiotik
Mencegahinfeksi. (Nanda. 2005)

H. PENATALAKSANAAN KEDARURATAN
1. Mulai prosedur resusitasi (memperbaiki jalan napas, pernapasan, sirkulasi) sesuai indikasi.
2. Pertahankan pasien pada brankar atau tandu papan ; gerakkan dapat menyebabkan fragmentasi bekuan pada pada pembuluh darah besar dan menimbulkan hemoragi masif :
1)  Pastikan kepatenan jalan napas dan kestabilan pernapasan serta sistem saraf.
2) Jika pasien koma, bebat leher sampai setelah sinar x leher didapatkan.
3) Gunting baju dari luka.
4) Hitung jumlah luka.
5) Tentukan lokasi luka masuk dan keluar.
3. Kaji tanda dan gejala hemoragi. Hemoragi sering menyertai cedera abdomen, khususnya hati dan limpa mengalami trauma.
4. Kontrol perdarahan dan pertahanan volume darah sampai pembedahan dilakukan:
1) Berikan kompresi pada luka perdarahan eksternal dan bendungan luka dada.
2) Pasang kateter IV diameter besar untuk penggantian cairan cepat dan memperbaiki dinamika sirkulasi.
3) Perhatikan kejadian syoksetelah respons awal terjadi terhadap transfusi ; ini sering merupakan tanda adanya perdarrahan internal.
4) Dokter dapat melakukan parasentesis untuk mengidentifikasi tempat perdarahan.
5. Aspirasi lambung dengan selang nasogastrik. Prosedur ini membantu mendeteksi luka lambung, mengurangi kontaminasi terhadap rongga peritonium, dan mencegah komplikasi paru karena aspirasi.
6. Tutupi visera abdomen yang keluar dengan balutan steril, balutan salin basah untuk mencegah kekeringan visera:
1) Fleksikan lutut pasien ; posisi ini mencegah protusi lanjut.
2) Tunda pemberian cairan oral untuk mencegah meningkatnya peristaltik dan muntah.
7. Pasang kateter uretra menetap untuk mendapatkan kepastian adanya hematuria dan pantau haluaran urine.
8. Pertahankan lembar alur terus menerus tentang tanda vital, haluaran urine, pembacaan tekanan vena sentral pasien (bila diindikasikan), nilai hematokrit, dan status neurologik.
9. Siapkan untuk parasentesis atau lavase peritonium ketika terdapat ketidakpastian mengenai perdarahan intraperitonium.
10.Siapkan sinografi untuk menentukan apakah terdapat penetrasi peritonium pada kasus luka tusuk:
1)    Jahitan dilakukan disekeliling luka.
2)    Kateter kecil dimasukkan ke dalam luka.
3)    Agens kontras dimasukkan melalui kateter ; sinar x menunjukkan apakah penetrasi peritonium telah dilakukan.
11.  Berikan profilaksis tetanus sesuai ketentuan.
12.  Berikan antibiotik spektrum luas untuk mencegah infeksi. trauma dapat menyebabkan infeksi akibat karena kerusakan barier mekanis, bakteri eksogen dari lingkungan pada waktu cedera dan manuver diagnostik dan terapeutik (infeksi nosokomial).
13.  Siapkan pasien untuk pembedahan jika terdapat bukti adanya syok, kehilangan darah, adanya udara bebas dibawah diafragma, eviserasi, atau hematuria. (Wilkinson. 2007)



I. PENANGANAN PRE HOSPITAL DAN HOSPITAL
1. Pre Hospital
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukanmasalah yang mengancam nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi dilokasi kejadian. Paramedik mungkin harus melihat apabila sudah ditemukan lukatikaman, luka trauma benda lainnya, maka harus segera ditangani, penilaian awaldilakukan prosedur ABC jika ada indikasi. Jika korban tidak berespon, makasegera buka dan bersihkan jalan napas.
a.     Airway
Dengan kontrol tulang belakang. Membukajalan napas menggunakan
teknik ‘head tilt chin lift’ atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu,periksa adakah benda asing yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas.Muntahan, makanan, darah atau benda asing lainnya.
b.     Breathing
Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksapernapasan dengan menggunakan cara ‘lihat-dengar-rasakan’ tidak lebih dari 10detik untuk memastikan apakah ada napas atau tidak. Selanjutnya lakukanpemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat tidaknyapernapasan).
c.      Circulation
Dengan kontrol perdarahan hebat. Jikapernapasan korban tersengal-sengal dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapatdilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi jantungparu segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP adalah 30 : 2 (30kali kompresi dada dan 2 kali bantuan napas).
Penanganan awal trauma non- penetrasi(trauma tumpul)
1.    Stop makanan dan minuman
2.    Imobilisasi
3.    Kirim kerumah sakit.
Penetrasi (trauma tajam)
1. Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan(pisau atau benda tajam lainnya) tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya timmedis.
2.  Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukupdengan melilitkan dengan kain kassa pada daerah antara pisau untuk memfiksasipisau sehingga tidak memperparah luka.
3.  Bila ada usus atau organ lain yang keluar,maka organ tersebut tidak dianjurkan dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudianorgan yang keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau bila ada verbansteril.
4.  Imobilisasi pasien.
5.  Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.
6.  Apabila ada luka terbuka lainnya maka balutluka dengan menekang.
7.  Kirim ke rumahsakit.     
2. Hospital
1. Trauma penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembusdinding abdomen, seorang ahli bedah yang berpengalaman akan memeriksa lukanyasecara lokal untuk menentukan dalamnya luka. Pemeriksaan ini sangat berguna bila adaluka masuk dan luka keluar yang berdekatan.
a.     Skrinning pemeriksaan rontgen
Foto rontgen torak tegak berguna untukmenyingkirkan kemungkinan hemo atau pneumotoraks atau untuk menemukan adanyaudara intraperitonium. Serta rontgen abdomen sambil tidur (supine) untukmenentukan jalan peluru atau adanya udara retroperitoneum.
b.     IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning
Ini di lakukan untuk mengetauhi jeniscedera ginjal yang ada.
c.      Uretrografi.
Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra.
d.     Sistografi
Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada kandung kencing,contohnya pada :
a)   fraktur pelvis
b)   traumanon-penetrasi
2.    Penanganan pada trauma benda tumpul dirumah sakit :
a.    Pengambilan contoh darah dan urine
Darah di ambil dari salah satu venapermukaan untuk pemeriksaan laboratorium rutin, dan juga untuk pemeriksaanlaboratorium khusus seperti pemeriksaan darah lengkap, potasium, glukosa,amilase.
b.   Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan rongten servikal lateral,toraks anteroposterior dan pelvis adalah pemeriksaan yang harus di lakukan padapenderita dengan multi trauma, mungkin berguna untuk mengetahui udaraekstraluminal di retroperitoneum atau udara bebas di bawah diafragma, yangkeduanya memerlukan laparotomi segera.
c.  Study kontras urologi dan gastrointestinal
Dilakukan pada cedera yang meliputi daerahduodenum, kolon ascendens atau decendens dan dubur. (Lynda J. 2006).

















BABA III
TINTAUAN KASUS
           3.1        Anamnesa
a)            Biodata
b)            Keluhan Utama
-        Keluhan yang dirasakan sakit.
-        Hal spesifik dengan penyebab dari traumanya.
c)            Riwayat penyakit sekarang (Trauma)
-        Penyebab dari traumanya  dikarenakan benda tumpul atau peluru.
-        Kalau penyebabnya jatuh, ketinggiannya berapa dan bagaimana posisinya saat jatuh.
-        Kapan kejadianya dan jam berapa kejadiannya.
-        Berapa berat keluhan yang dirasakan bila nyeri, bagaimana sifatnya pada quadran mana yang dirasakan paling nyeri atau sakit sekali.
d)            Riwayat Penyakit yang lalu
-         Kemungkinan pasien sebelumnya  pernah menderita gangguan jiwa.
-         Apakah pasien menderita penyakit asthma atau diabetesmellitus dan gangguan faal hemostasis.
e)     Riwayat psikososial spiritual
-        Persepsi pasien terhadap musibah yang dialami.
-        Apakah musibah tersebut mengganggu emosi dan mental.
-        Adakah kemungkinan percobaan bunuh diri (tentamen-suicide).
           3.2        Pemeriksaan Fisik
a)            Sistim Pernapasan
-        Pada inspeksi bagian frekwensinya, iramanya dan adakah jejas pada dada serta jalan napasnya.
-        Pada palpasi simetris tidaknya dada saat paru ekspansi dan pernapasan tertinggal.
-        Pada perkusi adalah suara hipersonor dan pekak.
-        Pada auskultasi adakah suara abnormal, wheezing dan ronchi.
b)    Sistim cardivaskuler (B2 = blead)
-        Pada inspeksi adakah perdarahan aktif atau pasif yang keluar dari daerah abdominal dan adakah anemis.
-        Pada palpasi bagaimana mengenai kulit, suhu daerah akral dan bagaimana suara detak jantung menjauh atau menurun dan adakah denyut jantung paradoks.
c)            Sistim Neurologis (B3 = Brain)
-        Pada inspeksi adakah gelisah atau tidak gelisah dan adakah jejas di kepala.
-        Pada palpasi adakah kelumpuhan atau lateralisasi pada anggota gerak
-        Bagaimana tingkat kesadaran yang dialami dengan menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS)
d)            Sistim Gatrointestinal (B4 = bowel)
-        Pada inspeksi :
¨       Adakah jejas dan luka atau adanya organ yang luar.
¨       Adakah distensi abdomen kemungkinan adanya perdarahan dalam cavum abdomen.
¨       Adakah pernapasan perut yang tertinggal atau tidak.
¨       Apakah kalau batuk terdapat nyeri dan pada quadran berapa, kemungkinan adanya abdomen iritasi.
-        Pada palpasi :
·         Adakah spasme / defance mascular dan abdomen.
·         Adakah nyeri tekan dan pada quadran berapa.
·         Kalau ada  vulnus sebatas mana kedalamannya.
-        Pada perkusi :
§  Adakah nyeri ketok dan pada quadran mana.
§  Kemungkinan – kemungkinan adanya cairan / udara bebas dalam cavum abdomen.
-         Pada Auskultasi :
§  Kemungkinan adanya peningkatan atau penurunan dari bising usus atau menghilang.
-        Pada rectal toucher :
§  Kemungkinan adanya darah / lendir pada sarung tangan.
§  Adanya ketegangan tonus otot / lesi pada otot rectum.
e)            Sistim Urologi ( B5 = bladder)
-        Pada inspeksi adakah jejas pada daerah rongga pelvis dan adakah distensi pada daerah vesica urinaria serta bagaimana produksi urine dan warnanya.
-        Pada palpasi adakah nyeri tekan daerah vesica urinaria dan adanya distensi.
-        Pada perkusi adakah nyeri ketok pada daerah vesica urinaria.
f)             Sistim Tulang dan Otot ( B6 = Bone )
-        Pada inspeksi adakah jejas dan kelaian bentuk extremitas terutama daerah pelvis.
-        Pada palpasi adakah ketidakstabilan pada tulang pinggul atau pelvis.
3.3  Pemeriksaan Penunjang :
a)         Radiologi :
-  Foto BOF (Buick Oversic Foto)
-  Bila perlu thoraks foto.
-  USG (Ultrasonografi)
b)         Laboratorium :
-  Darah lengkap dan sample darah (untuk transfusi)
Disini terpenting Hb serial ½ jam sekali sebanyak 3 kali.
-  Urine lengkap (terutama ery dalam urine)
c)         Elektro Kardiogram
-  Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien usia lebih 40 tahun.
BAB IV
PEMBAHASAN

BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
abdomen adalah sebuah rongga besar yang dililingkupi oleh otot-otot perut pada bagian ventral dan lateral, serta adanya kolumna spinalis di sebelah dorsal. Bagian atas abdomen berbatasan dengan tulang iga atau costae. Cavitas abdomninalis berbatasan dengan cavitas thorax atau rongga dada melalui otot diafragma dan sebelah bawah dengan cavitas pelvis atau rongga panggul.
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi.

B.     Saran
Lingkup keperawatan medikal bedah adalah mencakup seluruh organ dalam tubuh manusia, tidak terkecuali abdomen atau sistem gastro intestinal. Aktivitas hidup sehari-hari seorang manusia memungkinkan untuk beresiko cedera atau trauma, sebagai seorang perawat kita maka bertanggung jawab besar terhadap klien yang mengalami trauma ataupun cedera pada abdomen.  Maka dari itu, semoga hadirnya makalah ini dapat menjadi acuan ataupun bahan referensi untuk mata kuliah keperawatan medikal bedah.



DAFTAR PUSTAKA


Lynda Jual Carpenito-Moyet. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta :EGC

No comments:

Post a Comment