BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
abdomen
adalah sebuah rongga besar yang dililingkupi oleh otot-otot perut pada bagian ventral
dan lateral,
serta adanya kolumna spinalis di sebelah dorsal.
Bagian atas abdomen berbatasan dengan tulang iga atau costae. Cavitas
abdomninalis berbatasan dengan cavitas thorax atau rongga dada melalui otot diafragma dan sebelah bawah dengan cavitas pelvis atau rongga
panggul. (Wilkinson. 2007)
Antara
cavitas abdominalis dan cavitas pelvis dibatasi dengan membran serosa yang
dikenal dengan sebagai peritoneum parietalis. Membran ini juha membungkus organ yang ada di
abdomen dan menjadi peritoneum visceralis. (Suddarth
&Brunner, 2002)
Pada
vertebrata, di dalam abdomen terdapat berbagai sistem organ, seperti sebagian
besar organ sistem pencernaan, sistem perkemihan. Berikut adalah organ yang
dapat ditemukan di abdomen:
1.
Komponen
dari saluran cerna: lambung (gaster), usus halus, usus besar (kolon), caecum, umbai cacing atau appendix.
Aktivitas dalam kehidupan sehari-hari memungkin
seseorang untuk terkena injury yang bisa saja merusak keutuhan integritas
kulit, selama ini kita mungkin hanya mengenal luka robek atau luka sayatan saja
namun ternyata di luar itu masih banyak lagi luka/trauma yang dapat terjadi
pada daerah abdomen.( Dorland, 2002.)
B. Tujuan
Penulisan
Tujuan Umum:
Mengetahui
lebih lanjut tentang perawatan luka yang dimungkinkan karena trauma, luka
insisi bedah, kerusakan integritas jaringan
Tujuan Khusus:
1.
Mengetahui tindakan keperawatan pada
pasien dengan trauma abdomen
2.
Mengetahui masalah yang mungkin
timbul pada pasien dengan trauma abdomen
3.
Memenuhi tugas pembuatan makalah
pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
C. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian dari trauma abdomen?
2.
Bagaimana tindakan medis yang dapat
dilakukan pada pasien dengan trauma abdomen?
3.
Bagaimana penerapan proses
keperawatan dalam asuhan keperawatan pasien dengan trauma abdomen?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Trauma adalah cedera/rudapaksa atau
kerugian psikologis atau emosional (Dorland, 2002).
Trauma adalah penyebab kematian
utama pada anak dan orang dewasa kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol
dan obat telah menjadi faktor implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta
trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Suddarth
&Brunner (2002).
Trauma abdomen adalah cedera pada
abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau
tidak disengaja (Suddarth &Brunner, 2002).
Trauma perut merupakan luka pada isi
rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana
pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan
tindakan laparatomi (Lynda J. 2006).
1. Trauma pada abdomen dapat di bagi menjadi dua jenis, yaitu:
a.
Trauma penetrasi
b.
Luka tembak
c.
Luka tusuk
2.
Trauma
non-penetrasi
a.
Kompres
b.
Hancur
akibat kecelakaan
c.
Sabuk
pengaman
d.
Cedera akselerasi
Trauma pada dinding abdomen
terdiri dari :
a.
Kontusio dinding
abdomen disebabkan trauma non-penetrasi
Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen, kemungkinanterjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darahdapat menyerupai tumor.
Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen, kemungkinanterjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darahdapat menyerupai tumor.
b.
Laserasi,
Jikaterdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen harus
dieksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi.
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapatmenyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainanimonologi dan gangguan faal berbagai organ. (Nanda. 2005)
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapatmenyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainanimonologi dan gangguan faal berbagai organ. (Nanda. 2005)
Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Suddarth &Brunner (2002)
terdiri dari:
a. Perforasi organ viseral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertaioleh bukti
adanya cedera pada dinding abdomen.
b. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahlibedah.
c. Cedera thorak abdomen
Setiap luka padathoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma, atau
sayap kanan dan hatiharus dieksplorasi.
B. ETIOLOGI
kecelakaan atau trauma yang terjadi
pada abdomen,umumnya banyak diakibatkan oleh trauma tumpul. Pada kecelakaan
kendaraanbermotor, kecepatan, deselerasi yang tidak terkontrol merupakan
kekuatan yangmenyebabkan trauma ketika tubuh klien terpukul setir mobil atau
benda tumpullainnya.
Trauma akibat benda tajam umumnya
disebabkan oleh luka tembakyang menyebabkan kerusakan yang besar didalam
abdomen. Selain luka tembak,trauma abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka
tusuk, akan tetapi luka tusuksedikit menyebabkan trauma pada organ internal
diabdomen.
Trauma pada abdomen disebabkan oleh 2 kekuatan
yang merusak, yaitu :
1.
Paksaan /benda tumpul
Merupakan traumaabdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga peritoneum. Luka
tumpul pada abdomenbisa disebabkan oleh jatuh, kekerasan fisik atau pukulan,
kecelakaan kendaraanbermotor, cedera akibat berolahraga, benturan, ledakan,
deselarasi, kompresiatau sabuk pengaman. Lebih dari 50% disebabkan oleh
kecelakaan lalu lintas.
2.
Trauma tembus
Merupakan traumaabdomen dengan penetrasi ke dalam rongga peritoneum. Luka
tembus pada abdomendisebabkan oleh tusukan benda tajam atau luka tembak.
(Suddarth &Brunner, 2002)
C. PATOFISIOLOGI
Jika terjadi trauma penetrasi atau
non-pnetrasi kemungkinan terjadi pendarahan intraabdomen yang serius, pasien
akan memperlihatkan tanda-tanda iritasi yangdisertai penurunan hitung sel darah
merah yang akhirnya gambaran klasik syokhemoragik. Bila suatu organ viseral mengalamiperforasi, maka
tanda-tanda perforasi, tanda-tanda iritasi peritonium cepattampak. Tanda-tanda
dalam trauma abdomen tersebut meliputi nyeri tekan, nyerispontan, nyeri lepas
dan distensi abdomen tanpa bising usus bila telah terjadiperitonitis umum.Bila
syok telah lanjut pasien akan mengalami takikardi danpeningkatan suhu tubuh,
juga terdapat leukositosis. Biasanya tanda-tandaperitonitis mungkin belum
tampak. Pada fase awal perforasi kecil hanyatanda-tanda tidak khas yang muncul.
Bila terdapat kecurigaan bahwa masuk ronggaabdomen, maka operasi harus
dilakukan (Suddarth &Brunner, 2002).
D. Tanda Dan Gejala
1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi
kedalam rongga peritonium) :
a.
Hilangnya seluruh atau sebagian
fungsi organ
b.
Respon stres simpatis
c.
Perdarahan dan pembekuan darah
d.
Kontaminasi bakteri
e.
Kematian sel
2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam
rongga peritonium):
a. Kehilangan
darah.
b.
Memar/jejas pada dinding perut.
c.
Kerusakan organ-organ.
d. Nyeri tekan,
nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity) dinding perut.
Iritasi cairan usus. (Dorland, 2002)
E. MANIFESTASI KLINIS
Menurut (Suddarth &Brunner, 2002)
tanda dangejala trauma abdomen, yaitu :
1.
Nyeri
Nyeridapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang
berat. Nyeri dapat timbul dibagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat
ditekan dan nyeri lepas.
2.
Darah
dan cairan
Adanya penumpukan darah atau cairandirongga peritonium
yang disebabkan oleh iritasi.
3.
Cairan
atau udara dibawah diafragma
Nyeridisebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan
limpa. Tanda ini ada saat
pasien dalam posisirekumben.
4.
Mual
dan muntah
5.
Penurunan
kesadaran (malaise, letargi,gelisah)
Yangdisebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda
awal shock hemoragi
F. Komplikasi
1. Segera : hemoragi, syok, dan cedera.
2. Lambat : infeksi. (Dorland, 2002)
G. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1. Pemeriksaan
diagnostik
a. Pemeriksaan
rektum : adanya darah menunjukkan kelainan pada usus besar ; kuldosentesi,
kemungkinan adanya darah dalam lambung ; dan kateterisasi, adanya darah
menunjukkan adanya lesi pada saluran kencing.
b.
Laboratorium : hemoglobin,
hematokrit, leukosit dan analisis urine.
c.
Radiologik : bila diindikasikan
untuk melakukan laparatomi.
d.
IVP/sistogram : hanya dilakukan bila
ada kecurigaan terhadap trauma saluran kencing.
e.
Parasentesis perut : tindakan ini
dilakukan pada trauma tumpul perut yang diragukan adanya kelainan dalam rongga
perut atau trauma tumpul perut yang disertai dengan trauma kepala yang berat,
dilakukan dengan menggunakan jarum pungsi no 18 atau 20 yang ditusukkan melalui
dinding perut didaerah kuadran bawah atau digaris tengah dibawah pusat dengan
menggosokkan buli-buli terlebih dahulu.
f. Lavase
peritoneal : pungsi dan aspirasi/bilasan rongga perut dengan memasukkan cairan
garam fisiologis melalui kanula yang dimasukkan kedalam rongga peritonium. (Nanda. 2005)
2. Pemeriksaan
khusus
a.
Abdomonal
Paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangatberguna
untuk menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih dari100.000
eritrosit/mm dalam larutan NaCl yang keluar dari rongga peritoneumsetelah
dimasukkan 100–200 ml larutan NaCl 0.9% selama 5 menit, merupakanindikasi untuk
laparotomi.
b.
Pemeriksaan
Laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untukmengetahui
langsung sumber penyebabnya.
c. Bila
dijumpai perdarahan dananus perlu dilakukan rekto-sigmoidoskopi.
3. Penatalaksanaan Medis
a.
Abdominal
paracentesis
Menentukan adanya perdarahan dalam ronggaperitonium,
merupakan indikasi untuk laparotomi.
b.
Pemeriksaan
laparoskopi
Mengetahui
secara langsung penyebab abdomenakut.
c.
Pemasangan NGT
Memeriksa cairan yang keluar dari lambung padatrauma abdomen.
d.
Pemberian
antibiotik
Mencegahinfeksi. (Nanda. 2005)
H. PENATALAKSANAAN KEDARURATAN
1. Mulai prosedur resusitasi (memperbaiki jalan napas,
pernapasan, sirkulasi) sesuai indikasi.
2. Pertahankan pasien pada brankar atau tandu papan ;
gerakkan dapat menyebabkan fragmentasi bekuan pada pada pembuluh darah besar
dan menimbulkan hemoragi masif :
1) Pastikan
kepatenan jalan napas dan kestabilan pernapasan serta sistem saraf.
2) Jika pasien koma, bebat leher sampai setelah sinar
x leher didapatkan.
3) Gunting
baju dari luka.
4) Hitung
jumlah luka.
5) Tentukan
lokasi luka masuk dan keluar.
3. Kaji tanda dan gejala hemoragi. Hemoragi sering
menyertai cedera abdomen, khususnya hati dan limpa mengalami trauma.
4. Kontrol perdarahan dan pertahanan volume darah
sampai pembedahan dilakukan:
1) Berikan kompresi pada luka perdarahan eksternal dan
bendungan luka dada.
2) Pasang kateter IV diameter besar untuk penggantian
cairan cepat dan memperbaiki dinamika sirkulasi.
3) Perhatikan kejadian syoksetelah respons awal
terjadi terhadap transfusi ; ini sering merupakan tanda adanya perdarrahan
internal.
4) Dokter dapat melakukan parasentesis untuk mengidentifikasi
tempat perdarahan.
5. Aspirasi lambung dengan selang nasogastrik.
Prosedur ini membantu mendeteksi luka lambung, mengurangi kontaminasi terhadap
rongga peritonium, dan mencegah komplikasi paru karena aspirasi.
6. Tutupi visera abdomen yang keluar dengan balutan
steril, balutan salin basah untuk mencegah kekeringan visera:
1) Fleksikan lutut pasien ; posisi ini mencegah protusi lanjut.
1) Fleksikan lutut pasien ; posisi ini mencegah protusi lanjut.
2) Tunda pemberian cairan oral untuk mencegah meningkatnya
peristaltik dan muntah.
7. Pasang kateter uretra menetap untuk mendapatkan
kepastian adanya hematuria dan pantau haluaran urine.
8. Pertahankan lembar alur terus menerus tentang tanda
vital, haluaran urine, pembacaan tekanan vena sentral pasien (bila
diindikasikan), nilai hematokrit, dan status neurologik.
9. Siapkan untuk parasentesis atau lavase peritonium
ketika terdapat ketidakpastian mengenai perdarahan intraperitonium.
10.Siapkan sinografi untuk menentukan apakah terdapat
penetrasi peritonium pada kasus luka tusuk:
1) Jahitan dilakukan
disekeliling luka.
2)
Kateter kecil dimasukkan ke dalam
luka.
3)
Agens kontras dimasukkan melalui
kateter ; sinar x menunjukkan apakah penetrasi peritonium telah dilakukan.
11. Berikan
profilaksis tetanus sesuai ketentuan.
12. Berikan
antibiotik spektrum luas untuk mencegah infeksi. trauma dapat menyebabkan
infeksi akibat karena kerusakan barier mekanis, bakteri eksogen dari lingkungan
pada waktu cedera dan manuver diagnostik dan terapeutik (infeksi nosokomial).
13. Siapkan
pasien untuk pembedahan jika terdapat bukti adanya syok, kehilangan darah,
adanya udara bebas dibawah diafragma, eviserasi, atau hematuria. (Wilkinson. 2007)
I. PENANGANAN PRE
HOSPITAL DAN HOSPITAL
1. Pre Hospital
Pengkajian yang
dilakukan untuk menentukanmasalah yang mengancam nyawa, harus mengkaji dengan
cepat apa yang terjadi dilokasi kejadian. Paramedik mungkin harus melihat
apabila sudah ditemukan lukatikaman, luka trauma benda lainnya, maka harus
segera ditangani, penilaian awaldilakukan prosedur ABC jika ada indikasi. Jika
korban tidak berespon, makasegera buka dan bersihkan jalan napas.
a.
Airway
Dengan kontrol tulang belakang. Membukajalan napas
menggunakan
teknik ‘head tilt chin lift’ atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu,periksa adakah benda asing yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas.Muntahan, makanan, darah atau benda asing lainnya.
teknik ‘head tilt chin lift’ atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu,periksa adakah benda asing yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas.Muntahan, makanan, darah atau benda asing lainnya.
b.
Breathing
Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksapernapasan
dengan menggunakan cara ‘lihat-dengar-rasakan’ tidak lebih dari 10detik untuk
memastikan apakah ada napas atau tidak. Selanjutnya lakukanpemeriksaan status
respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat tidaknyapernapasan).
c.
Circulation
Dengan kontrol perdarahan hebat. Jikapernapasan korban
tersengal-sengal dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapatdilakukan. Jika
tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi jantungparu segera. Rasio
kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP adalah 30 : 2 (30kali kompresi dada
dan 2 kali bantuan napas).
Penanganan
awal trauma non- penetrasi(trauma tumpul)
1. Stop
makanan dan minuman
2. Imobilisasi
3. Kirim kerumah sakit.
Penetrasi
(trauma tajam)
1. Bila
terjadi luka tusuk, maka tusukan(pisau atau benda tajam lainnya) tidak boleh dicabut
kecuali dengan adanya timmedis.
2. Penanganannya
bila terjadi luka tusuk cukupdengan melilitkan dengan kain kassa pada daerah
antara pisau untuk memfiksasipisau sehingga tidak memperparah luka.
3. Bila
ada usus atau organ lain yang keluar,maka organ tersebut tidak dianjurkan
dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudianorgan yang keluar dari dalam tersebut
dibalut kain bersih atau bila ada verbansteril.
4. Imobilisasi
pasien.
5. Tidak
dianjurkan memberi makan dan minum.
6. Apabila
ada luka terbuka lainnya maka balutluka dengan menekang.
7. Kirim
ke rumahsakit.
2. Hospital
1. Trauma penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembusdinding abdomen,
seorang ahli bedah yang berpengalaman akan memeriksa lukanyasecara lokal untuk
menentukan dalamnya luka. Pemeriksaan
ini sangat berguna bila adaluka masuk dan luka keluar yang berdekatan.
a.
Skrinning
pemeriksaan rontgen
Foto rontgen torak tegak berguna untukmenyingkirkan
kemungkinan hemo atau pneumotoraks atau untuk menemukan adanyaudara
intraperitonium. Serta rontgen abdomen sambil tidur (supine) untukmenentukan
jalan peluru atau adanya udara retroperitoneum.
b.
IVP
atau Urogram Excretory dan CT Scanning
Ini di lakukan untuk mengetauhi jeniscedera ginjal
yang ada.
c.
Uretrografi.
Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra.
Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra.
d.
Sistografi
Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada kandung kencing,contohnya pada :
Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada kandung kencing,contohnya pada :
a)
fraktur
pelvis
b)
traumanon-penetrasi
2. Penanganan
pada trauma benda tumpul dirumah sakit :
a.
Pengambilan contoh darah dan urine
Darah di ambil dari salah satu venapermukaan untuk
pemeriksaan laboratorium rutin, dan juga untuk pemeriksaanlaboratorium khusus
seperti pemeriksaan darah lengkap, potasium, glukosa,amilase.
b. Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan rongten servikal lateral,toraks
anteroposterior dan pelvis adalah pemeriksaan yang harus di lakukan
padapenderita dengan multi trauma, mungkin berguna untuk mengetahui
udaraekstraluminal di retroperitoneum atau udara bebas di bawah diafragma,
yangkeduanya memerlukan laparotomi segera.
c. Study
kontras urologi dan gastrointestinal
Dilakukan pada cedera yang meliputi daerahduodenum,
kolon ascendens atau decendens dan dubur. (Lynda J. 2006).
BABA III
TINTAUAN
KASUS
3.1
Anamnesa
a)
Biodata
b)
Keluhan Utama
-
Keluhan yang dirasakan sakit.
-
Hal spesifik dengan penyebab dari
traumanya.
c)
Riwayat penyakit sekarang (Trauma)
-
Penyebab dari traumanya dikarenakan benda tumpul atau peluru.
-
Kalau penyebabnya jatuh,
ketinggiannya berapa dan bagaimana posisinya saat jatuh.
-
Kapan kejadianya dan jam berapa
kejadiannya.
-
Berapa berat keluhan yang
dirasakan bila nyeri, bagaimana sifatnya pada quadran mana yang dirasakan
paling nyeri atau sakit sekali.
d)
Riwayat Penyakit yang lalu
-
Kemungkinan pasien sebelumnya pernah menderita gangguan jiwa.
-
Apakah pasien menderita penyakit
asthma atau diabetesmellitus dan gangguan faal hemostasis.
e)
Riwayat psikososial spiritual
-
Persepsi pasien terhadap musibah
yang dialami.
-
Apakah musibah tersebut mengganggu
emosi dan mental.
-
Adakah kemungkinan percobaan bunuh
diri (tentamen-suicide).
3.2
Pemeriksaan Fisik
a)
Sistim Pernapasan
-
Pada inspeksi bagian frekwensinya,
iramanya dan adakah jejas pada dada serta jalan napasnya.
-
Pada palpasi simetris tidaknya
dada saat paru ekspansi dan pernapasan tertinggal.
-
Pada perkusi adalah suara
hipersonor dan pekak.
-
Pada auskultasi adakah suara
abnormal, wheezing dan ronchi.
b)
Sistim cardivaskuler (B2 = blead)
-
Pada inspeksi adakah perdarahan
aktif atau pasif yang keluar dari daerah abdominal dan adakah anemis.
-
Pada palpasi bagaimana mengenai
kulit, suhu daerah akral dan bagaimana suara detak jantung menjauh atau menurun
dan adakah denyut jantung paradoks.
c)
Sistim Neurologis (B3 = Brain)
-
Pada inspeksi adakah gelisah atau
tidak gelisah dan adakah jejas di kepala.
-
Pada palpasi adakah kelumpuhan
atau lateralisasi pada anggota gerak
-
Bagaimana tingkat kesadaran yang
dialami dengan menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS)
d)
Sistim Gatrointestinal (B4 =
bowel)
-
Pada inspeksi :
¨
Adakah jejas dan luka atau adanya
organ yang luar.
¨
Adakah distensi abdomen
kemungkinan adanya perdarahan dalam cavum abdomen.
¨
Adakah pernapasan perut yang
tertinggal atau tidak.
¨
Apakah kalau batuk terdapat nyeri
dan pada quadran berapa, kemungkinan adanya abdomen iritasi.
-
Pada palpasi :
·
Adakah spasme / defance mascular
dan abdomen.
·
Adakah nyeri tekan dan pada
quadran berapa.
·
Kalau ada vulnus sebatas mana kedalamannya.
-
Pada perkusi :
§ Adakah nyeri ketok dan pada quadran mana.
§ Kemungkinan – kemungkinan adanya cairan / udara bebas dalam cavum
abdomen.
-
Pada Auskultasi :
§ Kemungkinan adanya peningkatan atau penurunan dari bising usus atau
menghilang.
-
Pada rectal toucher :
§ Kemungkinan adanya darah / lendir pada sarung tangan.
§ Adanya ketegangan tonus otot / lesi pada otot rectum.
e)
Sistim Urologi ( B5 = bladder)
-
Pada inspeksi adakah jejas pada
daerah rongga pelvis dan adakah distensi pada daerah vesica urinaria serta
bagaimana produksi urine dan warnanya.
-
Pada palpasi adakah nyeri tekan
daerah vesica urinaria dan adanya distensi.
-
Pada perkusi adakah nyeri ketok
pada daerah vesica urinaria.
f)
Sistim Tulang dan Otot ( B6 = Bone
)
-
Pada inspeksi adakah jejas dan
kelaian bentuk extremitas terutama daerah pelvis.
-
Pada palpasi adakah
ketidakstabilan pada tulang pinggul atau pelvis.
3.3 Pemeriksaan Penunjang :
a)
Radiologi :
-
Foto BOF (Buick Oversic Foto)
-
Bila perlu thoraks foto.
-
USG (Ultrasonografi)
b)
Laboratorium :
-
Darah lengkap dan sample darah
(untuk transfusi)
Disini terpenting Hb serial ½ jam sekali
sebanyak 3 kali.
-
Urine lengkap (terutama ery dalam
urine)
c)
Elektro Kardiogram
-
Pemeriksaan ini dilakukan pada
pasien usia lebih 40 tahun.
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
abdomen
adalah sebuah rongga besar yang dililingkupi oleh otot-otot perut pada bagian ventral
dan lateral,
serta adanya kolumna spinalis di sebelah dorsal.
Bagian atas abdomen berbatasan dengan tulang iga atau costae. Cavitas
abdomninalis berbatasan dengan cavitas thorax atau rongga dada melalui otot diafragma dan sebelah bawah dengan cavitas pelvis atau rongga
panggul.
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut
dapat terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada
penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan
tindakan laparatomi.
B. Saran
Lingkup
keperawatan medikal bedah adalah mencakup seluruh organ dalam tubuh manusia,
tidak terkecuali abdomen atau sistem gastro intestinal. Aktivitas hidup
sehari-hari seorang manusia memungkinkan untuk beresiko cedera atau trauma,
sebagai seorang perawat kita maka bertanggung jawab besar terhadap klien yang
mengalami trauma ataupun cedera pada abdomen.
Maka dari itu, semoga hadirnya makalah ini dapat menjadi acuan ataupun
bahan referensi untuk mata kuliah keperawatan medikal bedah.
DAFTAR
PUSTAKA
Lynda Jual Carpenito-Moyet. 2006. Buku Saku Diagnosis
Keperawatan. Jakarta :EGC
No comments:
Post a Comment